Sabtu, 25 April 2015

Artikel Mikrobiologi



ANCAMAN BAKTERI DI PESAWAT TERBANG
By:
Nabila Al Adawiyah


Mikroorganisme merupakan jasad hidup yang mempunyai ukuran sangat kecil (Kusnadi, dkk, 2003). Bakteri adalah mikroba bersel tunggal yang memiliki dinding sel, berkembang biak dengan membelah diri dan mempunyai empat bentuk utama yaitu kokus (bulat), basil (seperi batang), koma dan spiral. Nah kali ini penulis akan membahas sedikit artikel mengenai bakteri yang ada di pesawat terbang. Ya pesawat terbang adalah transportasi umum yang biasa orang-orang gunakan untuk berpergian ke luar kota maupun ke luar Negara. Sekarang ini, menggunakan pesawat akan membuat waktu tempuh perjalanan menjadi sangat singkat, sehingga hal ini membuat pesawat menjadi modal transportasi yang semakin favorit.
  
Tahu kah Anda, Setiap kali kita duduk nyaman di pesawat untuk menikmati penerbangan, sebenarnya kita juga dikelilingi oleh berbagai "teman" tak terlihat berupa kuman dan bakteri. Kuman tersebut bisa berasal dari penumpang di sekitar Anda atau penumpang dari penerbangan sebelumnya. faktanya rata-rata manusia kehilangan 30.000 - 40.000 sel kulit setiap jamnya, dan kulit kita dipenuhi oleh bakteri meski sebagian besarnya tidak berbahaya.
Nah, bagi Anda yang sering bepergian dengan pesawat terbang tampaknya perlu menyimak temuan terbaru peneliti dari Auburn University, Amerika Serikat. Tim peneliti Biologi universitas itu menemukan bakteri yang mampu bertahan cukup lama di pesawat.
Bakteri tersebut adalah methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA) yang ditemukan pada kantung belakang kursi penumpang dan Escherichia coli 0157:H7 pada lengan kursi. Yang perlu diperhatikan penumpang, bakteri itu disinyalir dapat bertahan selama hampir seminggu di tempatnya.

 

Temuan peneliti itu disampaikan usai tim melakukan studi selama dua tahun. Mahasiswa Pasca sarjana Departemen Ilmu Biologi Auburn University, Kiril Vaglenov mengatakan studinya ini didanai oleh Pusat Riset Lingkungan Kabin Badan Penerbangan Federal Amerika Serikat. Vaglenov bersama timnya diminta untuk menentukan berapa lama bakteri E coli O157:H7 dan MRSA dapat bertahan hidup di bagian pesawat (Daily Mail, Rabu 21 Mei 2014).
Tim Vaglenov pun difasilitasi bahan lengan kursi penumpang, meja baki plastik, kain kursi, bagian jendela dan tombol logam di toilet. Bagian-bagian itu disisir peneliti untuk melihat sejauh mana bakteri bisa bertahan.
Hasilnya, bakteri MRSA dapat bertahan pada kantung kursi dalam 168 jam alias seminggu, sedangkan bakteri E coli O157:H7 bisa hidup selama 96 jam pada lengan kursi.  "Data kami menunjukkan kedua bakteri itu dapat bertahan selama berhari-hari pada permukaan tersebut, khususnya pada bahan berpori seperti lengan kursi dan kantong kursi," jelas Vaglenov.
Untuk itu, Profesor Jim Barbaree, direktur studi sekaligus mentor Vaglenov mengharapkan maskapai agar memprioritaskan lingkungan yang sehat bagi penumpang, misalnya dengan menyediakan sanitasi yang memadai. Tempat yang tertutup tanpa adanya sirkulasi udara menjadi penyebab tingginya resiko penyebaran penyakit di pesawat. Walaupun pesawat dilengkapi dengan filter udara yang bermanfaat untuk menangkap / membersihkan partikel bakteri dan virus pembawa, tetapi yang menjadi masalah adalah saat mesin pesawat sedang dimatikan, maka secara otomatis alat penyaring udara juga akan berhenti bekerja.  Disaat seperti itu kuman dan bakteri akan bisa leluasa berkembang biak.
Pada sebuah studi penelitian yg berbeda  pada tahun 1979, disana menyimpulkan bahwa ketika pesawat berhenti selama tiga jam, dengan mesin dan air conditioner(AC) yang juga mati, 72 persen dari 54 orang di dalam pesawat jatuh sakit dua hari sesudahnya. Untuk alasan itu, pada 2003 Federal Aviation Administration mengeluarkan peraturan kepada maskapai penerbangan agar segera mengevakuasi penumpang jika selama 30 menit pesawat dalam keadaan tanpa sirkulasi udara. Ancaman resiko penyakit yang paling besar adalah datang dari hidung, mulut, dan tangan penumpang yang duduk bersebelahan. Pada sebuah penelitian menyebutkan bahwa infeksi bisa menyebar dari dua kursi di samping, di depan, dan belakang. Penelitian juga menunjukan bahwa penyakit dapat menyebar dengan mudah di kabin pesawat. Pada sebuah penerbangan jarak jauh.
"Inti penelitian ini bukan untuk peringatan saja tapi agar perusahaan penerbangan menjaga lingkungan pesawat," jelas Barbaree.
Tim peneliti mengaku tengah menyelidiki bagaimana patogen itu dapat bertahan hidup lama di lingkungan pesawat. Ke depan, peneliti akan mendalami prosedur disinfektan yang efektif dan menguji permukaan bagian lain di pesawat. Sebagaimana diketahui bakteri E coli O157:H7 merupakan jenis E coli yang patogen terhadap manusia dan banyak menyebarkan penyakit dengan gejala diare berdarah, kram perut, gagal ginjal, feses mengeluarkan darah, bahkan hingga berujung pada kematian. Sedangkan bakteri MRSA bisa menyerang saat seseorang sakit sehingga kekebalan tubuh menurun. Bakteri ini menemukan jalan masuk ke tubuh melalui luka dan kontak kulit. Dalam keadaan akut, berpotensi menyebabkan infeksi pada tulang, sendi, luka bedah, aliran darah, jantung dan paru-paru. Untuk itu, penelitian juga bakal menguji bahan yang memiliki sifat antimikroba guna menentukan sejauh mana kontribusi mengurangi risiko kesehatan pada penumpang.
suatu perusahaan kini telah menemukan cara dalam membersihkan bakteri-bakteri yang menempel di pesawat, yakni dengan membuat robot yang menggunakan sinar ultraviolet. Nah dalam membasmi bakteri E. Coli yang menempel di seluruh kabin. Arthur dan Mo Kreitenberg, sang pembuat robot menamakannya sebagai Germfalcon.
Dari artikel yang penulis baca Germfalcon itu berukuran seperti keranjang minuman, memiliki sensor gerak yang berfungsi untuk menavigasi diri ketika 'berpatroli' serta sayap yang mengandung lampu UV-C, yang biasanya digunakan untuk desinfeksi di tempat-tempat seperti rumah sakit dan pabrik pengolahan air. Selain sebagai sanitasi, Germfalcon juga dilengkapi dengan filter untuk membersihkan udara serta menyedot partikel debu. Atau seperti vacuum cleaner. Robot ini bekerja ketika pesawat tengah diparkir dan dalam keadaan kosong. (REPUBLIKA.CO.ID, LOS ANGELES, 2014)
"Menggunakan sinar UV-C, kami telah membuktikan 99,99 persen kuman mati dalam 10 menit tanpa kerusakan atau reaksi dari bahan kabin. Germfalcon diprogram untuk mencapai benda-benda yang paling sering disentuh penumpang serta membunuh semua bakteri itu dengan lampu sanitasi robot," ujar Mo,  (Dailymail Rabu (15/4)).
Sebelumnya sebuah studi dari Universitas Auburn di Alabama menyatakan, bakteri tersebut dapat bertahan selama seminggu dalam kabin pesawat, terurama pada permukaan seperti kantong kursi, meja nampan, jendela, dan sandaran lengan. Namun, kabin yang dibersihkan Germfalcon ini mampu bertahan hingga seminggu.
Mo juga mengatakan, 3,5 juta orang yang diharapkan terbang tahun ini berisiko jatuh sakit karena kurangnya kebersihan pesawat. "Tidak ada peraturan atau standar kebersihan untuk kabin penumpang pesawat. Karena itu, mereka rentan terkena pilek, flu, atau infeksi yang lebih serius," tambahnya.
Cara pencegahan tertular dari kuman atau bakteri di pesawat yaitu dengan cara memakai masker, meskipun terkadang mengguanakan masker tidak menyenangkan, dan mencuci tangan sesudah dari toilet di pesawat lalu gunakan handuk kertas untuk mengeringkannya. Kemudian oleskan cairan pensteril tangan sebagai tindakan pencegahan ekstra.
Dr Nikhil Bhayani , seorang spesialis penyakit menular pada staf medis Texas Health Arlington Memorial, AS, berpendapat perilaku yang baik di pesawat juga bisa mencegah kuman menyebar dengan cepat. Dia mencontohkan, seorang wanita yang ditemuinya. Wanita itu kebetulan sedang sakit. Dia terus menerus menggunakan tas-nya sebagai tempat untuk membuang tisu yang bekas dipakainya.
Bagaimanapun penularan bakteri atau kuman di tempat umum itu kembali terhadap bagaimana kita menjaga kebersihan diri kita sendiri dan lingkungan kita, bagaimana kita mencegahnya. Sebagaimana juga pepatah sering mengatakan “sedia payung sebelum hujan” yang memiliki makna : lebih baik mencegah daripada mengobati.






Daftar Pustaka :
Kusnadi, dkk. 2003. MIKROBIOLOGI, COMMON TEXT BOOK (EDISI REVISI),                            JICA. Bandung : FMIPA Universitas Pendidikan Indonesia.
Winda Destiana Putri. http://m.republika.co.id/berita/senggang/unik/15/04/15/nmtosf-wah-ada-robot-pembasmi-kuman-di-pesawat. 2015 Diakses pada tanggal 23 April 2015 pukul 20.00 WIB
http://www.dw.de/ancaman-bakteri-maut-di-pesawat/a-17650344..2014. Diakses pada tanggal 23 April 2015 pukul 20.30 WIB
Siti Sarifah Alia, Amal Nur Ngazis. 2014.  Viva news.com http://www.mkp.umm.ac.id/arsip/id-berita_ilmiah_umm_292.pdf Diakses pada tanggal 23 April 2015 pukul 21.00 WIB
http://www.pppl.depkes.go.id/_asset/_regulasi/SK_SOP_Desinfeksi_Pesawat.pdf Diakses pada tanggal 23 April 2015 pukul 21.16 WIB