ANCAMAN BAKTERI DI PESAWAT TERBANG
By:
Nabila Al Adawiyah
Mikroorganisme merupakan jasad hidup
yang mempunyai ukuran sangat kecil (Kusnadi, dkk, 2003). Bakteri adalah mikroba
bersel tunggal yang memiliki dinding sel, berkembang biak dengan membelah diri
dan mempunyai empat bentuk utama yaitu kokus (bulat), basil (seperi batang),
koma dan spiral. Nah kali ini penulis akan membahas sedikit artikel mengenai
bakteri yang ada di pesawat terbang. Ya pesawat terbang adalah transportasi
umum yang biasa orang-orang gunakan untuk berpergian ke luar kota maupun ke
luar Negara. Sekarang ini, menggunakan pesawat akan membuat waktu tempuh
perjalanan menjadi sangat singkat, sehingga hal ini membuat pesawat menjadi
modal transportasi yang semakin favorit.
Tahu kah Anda, Setiap
kali kita duduk nyaman di pesawat untuk menikmati penerbangan, sebenarnya kita
juga dikelilingi oleh berbagai "teman" tak terlihat berupa kuman dan
bakteri. Kuman tersebut bisa berasal dari penumpang di sekitar Anda atau
penumpang dari penerbangan sebelumnya. faktanya rata-rata manusia kehilangan
30.000 - 40.000 sel kulit setiap jamnya, dan kulit kita dipenuhi oleh bakteri
meski sebagian besarnya tidak berbahaya.
Nah, bagi Anda yang sering bepergian
dengan pesawat terbang tampaknya perlu menyimak temuan terbaru peneliti dari
Auburn University, Amerika Serikat. Tim peneliti Biologi universitas itu
menemukan bakteri yang mampu bertahan cukup lama di pesawat.
Bakteri tersebut adalah methicillin-resistant
Staphylococcus aureus (MRSA) yang ditemukan pada kantung belakang kursi
penumpang dan Escherichia coli 0157:H7 pada lengan kursi. Yang perlu
diperhatikan penumpang, bakteri itu disinyalir dapat bertahan selama hampir
seminggu di tempatnya.
Temuan peneliti itu disampaikan usai
tim melakukan studi selama dua tahun. Mahasiswa Pasca sarjana Departemen Ilmu
Biologi Auburn University, Kiril Vaglenov mengatakan studinya ini didanai oleh
Pusat Riset Lingkungan Kabin Badan Penerbangan Federal Amerika Serikat.
Vaglenov bersama timnya diminta untuk menentukan berapa lama bakteri E coli
O157:H7 dan MRSA dapat bertahan hidup di bagian pesawat (Daily Mail, Rabu 21 Mei 2014).
Tim Vaglenov pun difasilitasi bahan
lengan kursi penumpang, meja baki plastik, kain kursi, bagian jendela dan
tombol logam di toilet. Bagian-bagian itu disisir peneliti untuk melihat sejauh
mana bakteri bisa bertahan.
Hasilnya, bakteri MRSA dapat bertahan
pada kantung kursi dalam 168 jam alias seminggu, sedangkan bakteri E coli
O157:H7 bisa hidup selama 96 jam pada lengan kursi. "Data kami menunjukkan kedua bakteri itu
dapat bertahan selama berhari-hari pada permukaan tersebut, khususnya pada
bahan berpori seperti lengan kursi dan kantong kursi," jelas Vaglenov.
Untuk itu, Profesor Jim Barbaree,
direktur studi sekaligus mentor Vaglenov mengharapkan maskapai agar
memprioritaskan lingkungan yang sehat bagi penumpang, misalnya dengan
menyediakan sanitasi yang memadai. Tempat yang tertutup tanpa adanya sirkulasi
udara menjadi penyebab tingginya resiko penyebaran penyakit di pesawat.
Walaupun pesawat dilengkapi dengan filter udara yang bermanfaat untuk menangkap
/ membersihkan partikel bakteri dan virus pembawa, tetapi yang menjadi masalah
adalah saat mesin pesawat sedang dimatikan, maka secara otomatis alat penyaring
udara juga akan berhenti bekerja. Disaat seperti itu kuman dan bakteri
akan bisa leluasa berkembang biak.
Pada sebuah studi penelitian yg berbeda
pada tahun 1979, disana menyimpulkan
bahwa ketika pesawat berhenti selama tiga jam, dengan mesin dan air
conditioner(AC) yang juga mati, 72 persen dari 54 orang di dalam pesawat jatuh
sakit dua hari sesudahnya. Untuk alasan itu, pada 2003 Federal Aviation
Administration mengeluarkan peraturan kepada maskapai penerbangan agar segera
mengevakuasi penumpang jika selama 30 menit pesawat dalam keadaan tanpa
sirkulasi udara. Ancaman resiko penyakit yang paling besar adalah datang dari
hidung, mulut, dan tangan penumpang yang duduk bersebelahan. Pada sebuah
penelitian menyebutkan bahwa infeksi bisa menyebar dari dua kursi di samping,
di depan, dan belakang. Penelitian juga menunjukan bahwa penyakit dapat
menyebar dengan mudah di kabin pesawat. Pada sebuah penerbangan jarak jauh.
"Inti penelitian ini bukan untuk
peringatan saja tapi agar perusahaan penerbangan menjaga lingkungan
pesawat," jelas Barbaree.
Tim peneliti mengaku tengah menyelidiki
bagaimana patogen itu dapat bertahan hidup lama di lingkungan pesawat. Ke
depan, peneliti akan mendalami prosedur disinfektan yang efektif dan menguji
permukaan bagian lain di pesawat. Sebagaimana diketahui bakteri E coli O157:H7
merupakan jenis E coli yang patogen terhadap manusia dan banyak menyebarkan
penyakit dengan gejala diare berdarah, kram perut, gagal ginjal, feses
mengeluarkan darah, bahkan hingga berujung pada kematian. Sedangkan bakteri
MRSA bisa menyerang saat seseorang sakit sehingga kekebalan tubuh menurun.
Bakteri ini menemukan jalan masuk ke tubuh melalui luka dan kontak kulit. Dalam
keadaan akut, berpotensi menyebabkan infeksi pada tulang, sendi, luka bedah,
aliran darah, jantung dan paru-paru. Untuk itu, penelitian juga bakal menguji
bahan yang memiliki sifat antimikroba guna menentukan sejauh mana kontribusi
mengurangi risiko kesehatan pada penumpang.
suatu perusahaan kini telah menemukan
cara dalam membersihkan bakteri-bakteri yang menempel di pesawat, yakni dengan
membuat robot yang menggunakan sinar ultraviolet. Nah dalam membasmi bakteri E.
Coli yang menempel di seluruh kabin. Arthur dan Mo Kreitenberg, sang pembuat
robot menamakannya sebagai Germfalcon.
Dari artikel yang penulis baca Germfalcon
itu berukuran seperti keranjang minuman, memiliki sensor gerak yang berfungsi
untuk menavigasi diri ketika 'berpatroli' serta sayap yang mengandung lampu
UV-C, yang biasanya digunakan untuk desinfeksi di tempat-tempat seperti rumah
sakit dan pabrik pengolahan air. Selain sebagai sanitasi, Germfalcon juga
dilengkapi dengan filter untuk membersihkan udara serta menyedot partikel debu.
Atau seperti vacuum cleaner. Robot ini bekerja ketika pesawat tengah diparkir
dan dalam keadaan kosong. (REPUBLIKA.CO.ID, LOS ANGELES, 2014)
"Menggunakan sinar UV-C, kami
telah membuktikan 99,99 persen kuman mati dalam 10 menit tanpa kerusakan atau
reaksi dari bahan kabin. Germfalcon diprogram untuk mencapai benda-benda yang
paling sering disentuh penumpang serta membunuh semua bakteri itu dengan lampu
sanitasi robot," ujar Mo, (Dailymail
Rabu (15/4)).
Sebelumnya sebuah studi dari
Universitas Auburn di Alabama menyatakan, bakteri tersebut dapat bertahan
selama seminggu dalam kabin pesawat, terurama pada permukaan seperti kantong kursi,
meja nampan, jendela, dan sandaran lengan. Namun, kabin yang dibersihkan
Germfalcon ini mampu bertahan hingga seminggu.
Mo juga mengatakan, 3,5 juta orang yang
diharapkan terbang tahun ini berisiko jatuh sakit karena kurangnya kebersihan
pesawat. "Tidak ada peraturan atau standar kebersihan untuk kabin
penumpang pesawat. Karena itu, mereka rentan terkena pilek, flu, atau infeksi
yang lebih serius," tambahnya.
Cara pencegahan tertular dari kuman
atau bakteri di pesawat yaitu dengan cara memakai masker, meskipun terkadang
mengguanakan masker tidak menyenangkan, dan mencuci tangan sesudah dari toilet
di pesawat lalu gunakan handuk kertas untuk mengeringkannya. Kemudian oleskan
cairan pensteril tangan sebagai tindakan pencegahan ekstra.
Dr Nikhil Bhayani , seorang spesialis
penyakit menular pada staf medis Texas Health Arlington Memorial, AS,
berpendapat perilaku yang baik di pesawat juga bisa mencegah kuman menyebar
dengan cepat. Dia mencontohkan, seorang wanita yang ditemuinya. Wanita itu
kebetulan sedang sakit. Dia terus menerus menggunakan tas-nya sebagai tempat
untuk membuang tisu yang bekas dipakainya.
Bagaimanapun penularan bakteri atau
kuman di tempat umum itu kembali terhadap bagaimana kita menjaga kebersihan
diri kita sendiri dan lingkungan kita, bagaimana kita mencegahnya. Sebagaimana
juga pepatah sering mengatakan “sedia payung sebelum hujan” yang memiliki makna
: lebih baik mencegah daripada mengobati.
Daftar Pustaka :
Kusnadi, dkk. 2003. MIKROBIOLOGI,
COMMON TEXT BOOK (EDISI REVISI), JICA.
Bandung : FMIPA Universitas Pendidikan Indonesia.
Winda Destiana
Putri. http://m.republika.co.id/berita/senggang/unik/15/04/15/nmtosf-wah-ada-robot-pembasmi-kuman-di-pesawat.
2015 Diakses pada tanggal 23 April 2015 pukul 20.00 WIB
http://www.dw.de/ancaman-bakteri-maut-di-pesawat/a-17650344..2014. Diakses pada tanggal 23 April 2015 pukul 20.30
WIB
http://www.perpustakaanindonesia.com/2014/05/ternyata-pesawat-terbang-sumber-bakteri_24.html Diakses pada tanggal 23 April 2015 pukul 20.50 WIB
Siti Sarifah Alia, Amal Nur Ngazis. 2014. Viva
news.com http://www.mkp.umm.ac.id/arsip/id-berita_ilmiah_umm_292.pdf Diakses pada tanggal 23 April 2015 pukul 21.00
WIB
http://www.pppl.depkes.go.id/_asset/_regulasi/SK_SOP_Desinfeksi_Pesawat.pdf Diakses pada tanggal 23 April 2015 pukul
21.16 WIB